Cerita Rakyat tentang Desa Kajen di Kecamatan Kajen, Tempatnya Orang-orang yang Dihormati

Minggu 14 Jul 2024 - 18:44 WIB
Reporter : Aghistna Muhammad Ibrahim Sula
Editor : Wahyu Hidayat

Bupati Wirondanu sudah berangan-angan menikahi Dewi Putri Tanjung, untuk itu ia mengirim abdi dalemnya untuk melamar gadis cantik tersebut.

Namun saat ditemui, mimpi Bupati Wirondanu pupus setelah mendengar ternyata Dewi Putri Tanjung sudah lebih dahulu menerima Bupati Wirokusumo dan berjanji akan menikah.

Ketampanan Bupati Wirokusumo berhasil memikat hati Dewi Putri Tanjung. Kekecewaan pun muncul, perang antar dua prajurit tak bisa dihindarkan.

BACA JUGA:Menelusuri Bekas Candi di Pekalongan, Jejak Peradaban Hindu-Buddha di Ujung Selatan Pekalongan

BACA JUGA:Jejak Sejarah Pekalongan: 2 Punden Berundak di Pekalongan, Tempat Pemujaan Kepercayaan Lokal?

Perang terjadi di dalam hutan yang masih masuk wilayah Tanjung tempat Dewi Putri Tanjung tinggal. Tapi ternyata di dekat hutan tersebut tinggal seorang saudagar wanita bijak dari Batavia.

Saudagar wanita yang dikenal sering membantu penduduk sekitar tersebut bernama Nyai Dai. Beliau adalah sosok yang dihormati masyarakat karena kebaikan dan kebijakannya.

Saat malam hari, ketika kedua prajurit sedang beristirahat, Nyai Dai memanggil Bupati Wirokusumo dan Bupati Wirondanu ke rumahnya.

Nyai Dai berusaha menasihati kedua orang yang sedang jatuh cinta itu, beliau berusaha mengingatkan tentang hubungan persahabatan di antara mereka.

BACA JUGA:Sejarah dan Cerita Rakyat Curug Bajing Petungkriyono, Mengapa Dinamai Curug Bajing?

Mendengar nasehat dari Nyai Dai, Bupati Wirokusumo dan Bupati Worndanu kaget karena Nyai Dai bisa mengetahui tentang hubungan persahabatan ini.

Pertemuan malam hari itu di kediaman Nyai Dai menghasilkan keputusan bijak dari kedua belah pihak. Bupati Panjarakan dan Bupati Luwuk itu sepakat tidak melanjutkan perang di dekat wilayah Nyai Dai.

Hal tersebut disepakati untuk menghormati keberadaan Nyai Dai yang sangat bijak. Oleh karena itu, sebagai penghormatan kepada Nyai Dai, wilayah tempat tinggal beliau diberi nama Kajen yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'dihormati'.

Dengan penamaan tersebut diharapkan masyarakat yang tinggal di situ kelak akan dihormati sebagaimana leluhurnya.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Desa Pucung Tirto, Masuk Islamnya Empu dari Gunung Bromo dengan Syekh dari Turki

BACA JUGA:Cerita Rakyat Desa Bulakpelem Sragi, dari Perlawanan terhadap Penjajah sampai Pohon Mangga Keramat

Kategori :