Cerita Rakyat dari Wonopringgo, Kyai Betoro Melawan Penjajah

Cerita rakyat dari Wonopringgo-Google Maps Street View-

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Berikut adalah cerita rakyat dari Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, tentang Kyai Betoro yang melawan penjajahan.

Pada masa penjajahan, Pekalongan memiliki banyak sekali tokoh ulama yang sekaligus menjadi pejuang kemerdekaan, salah satunya adalah tokoh yang akan kita bahas kali ini.

Dikenal dengan nama Kyai Betoro, beliau adalah sosok ulama yang terkenal memiliki ilmu kanuragan tinggi, masyarakat sangat menghormatinya, mereka merasa aman jika ada Kyai Betoro.

Dilansir dari buku "Mendongeng Pekalongan" yang disusun oleh Taufik Hidayat dan Akar Atya, Kyai Betoro kerap melindungi warga dari kekejaman yang dilakukan penjajah.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Desa Pucung Tirto, Masuk Islamnya Empu dari Gunung Bromo dengan Syekh dari Turki

Perjuangan Kyai Betoro dan masyarakat Wonopringgo benar-benar menyusahkan pasukan VOC pada saat itu, banyak dari pihak penjajah yang berhasil ditumpas oleh para beliau.

Karena pergerakannya sangat membahayakan, pihak penjajah pun sangat benci kepada Kyai Betoro, mereka berniat menumpas beliau agar masyarakat tidak lagi memiliki teladan.

Suatu ketika secara tidak sengaja Kyai Betoro berpapasan dengan pasukan penjajah, mereka terlibat keributan yang tidak seimbang, sebab penjajah menyerang dengan persenjataan yang lengkap.

Namun atas izin Allah, semua peluru yang ditembakkan ke Kyai Betoro tidak ada satu pun yang terkena bahkan melukai beliau.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Dukuh Krojok di Kabupaten Pekalongan, Antara Murid Ki Bahurekso dan Anak Ki Demang

BACA JUGA:Cerita Rakyat tentang Desa Kajen di Kecamatan Kajen, Tempatnya Orang-orang yang Dihormati

Penjajah yang melihat keanehan tersebut langsung lari ketakutan dan kemudian melapor ke atasan mereka tentang kejadian itu.

Mendengar hal tersebut pihak penjajah tambah jengkel, mereka merasa jika Kyai Betoro masih ada maka akan selalu menjadi ganjalan bagi mereka untuk menjajah masyarakat.

Sementara itu, Kyai Betoro memutuskan untuk membuat gundukan tanah kecil di tengah sungai untuk dijadikan tempat bermeditasi sekaligus terlebih dahulu menghindar dari penjajah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan