Cerita Rakyat Desa Bulakpelem Sragi, dari Perlawanan terhadap Penjajah sampai Pohon Mangga Keramat

Ilustrasi Pohon Keramat-hibur.id-

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Berikut adalah cerita rakyat Desa Bulakpelem Sragi yang sekaligus menjadi asal-usul penamaan desa tersebut.

Di Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan ada sebuah desa yang bernama dengan Desa Bulakpelem. Letaknya hanya sekitar 8 menit perjalanan dari Pabrik Gula Sragi, dan setengah jam perjalanan dari Alun-alun Kajen Kabupaten Pekalongan.

Sebelum seramai sekarang, dahulu desa ini masih berupa hutan yang hanya dihuni beberapa orang saja. Dilansir dari buku "Mendongeng  Pekalongan" yang disusun oleh Taufik Hidayat dan Akar Atya, inilah cerita rakyat Desa Bulakpelem Sragi yang menjadi asal-usul desa tersebut.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Legenda Jembatan Pencongan di Kabupaten Pekalongan, Sosok Penunggu Jembatan Pencongan

Sekitar tahun 1675 M, datang 4 pemuda bernama Babar, Salongko, Sarpan, dan Dipondriyo ke dalam hutan yang sekarang menjadi Desa Bulakpelem.

Ketika mereka memasuki hutan itu, ternyata sudah ada beberapa orang yang menghuninya, belum ramai, masih segelintir orang saja.

Keempat pemuda yang kreatif ini memutuskan untuk tinggal di sana, mereka giat membuka lahan baru untuk pemukiman dan pertanian, membuat warga senang pada mereka.

Namun tak lama setelah pembukaan beberapa lahan, tiba-tiba penjajah datang dengan membawa senjata tajam dan mulai memalak upeti kepada para warga dengan cara yang kejam.

BACA JUGA:Sejarah dan Cerita Rakyat Curug Bajing Petungkriyono, Mengapa Dinamai Curug Bajing?

BACA JUGA:Cerita Rakyat tentang Legenda Desa Sawangan di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan

Siapa saja yang tidak mau membayar apalagi melakukan perlawanan, penjajah tak segan-segan melukainya bahkan membunuhnya.

Babar, Salongko, Sarpan, dan Dipondriyo tidak gentar dengan perlakuan penjajah, mereka melawan dengan cara tetap membuka lahan diam-diam di tengah hutan.

Sayangnya usaha mereka terendus oleh pihak penjajah, Salongko dan Sarpan terbunuh ditembak, jasad keduanya dihanyutkan di sungai besar dekat desa.

Babar dan Salongko berusaha melakukan perlawanannya dengan lebih tenang, mereka kembali mencari lahan baru di tengah hutan untuk ditinggali para penduduk agar lebih aman.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan