Cerita Rakyat di Kelurahan Bigo dan Perempatan Ngebrak

Jumat 19 Jul 2024 - 07:44 WIB
Reporter : Aghistna Muhammad Ibrahim Sula
Editor : Wahyu Hidayat

Untuk mengetes ilmunya, banyak di antara mereka menantang bertarung Putro Druwolo. Ada yang murni ingin mengetes ilmu, ada pula yang memiliki niat jahat ingin menaklukkan Putro Druwolo.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Desa Limbangan di Kecamatan Karanganyar yang Melibatkan Keturunan Raden Kian Santang

BACA JUGA:Cerita Rakyat tentang Desa Kajen di Kecamatan Kajen, Tempatnya Orang-orang yang Dihormati

Namun jagoan-jagoan itu semuanya dapat dikalahkan Putro Druwolo, dan setiap berhasil memenangkan pertarungan ia selalu berkata "Baliho koe nang asalmu dewe-dewe", yang artinya "Kembalilah kamu ke asalmu masing-masing".

Penduduk pun kerap mendengar ucapan itu dari mulut Putro Druwolo, alhasil untuk menandai peristiwa ini daerah tersebut diberi nama 'Baliho', seperti kata-kata yang diucapkan Putro Druwolo.

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1920 saat kepemimpinan Lurah Wahman, nama Baliho diubah menjadi Baligo, dan sekarang berubah lagi menjadi Bligo yang sepertinya untuk memudahkan pengucapan.

BACA JUGA:Hubungan Mataram Islam dan Pekalongan, Cerita Rakyat Dukuh Sabarwangi di Kecamatan Bojong

BACA JUGA:Cerita Rakyat Desa Pucung Tirto, Masuk Islamnya Empu dari Gunung Bromo dengan Syekh dari Turki

Demikian cerita rakyat di Kelurahan Bligo dan perempatan Ngebrak yang ada di Kabupaten Pekalongan.(*)

Kategori :