Cerita Rakyat di Kelurahan Bigo dan Perempatan Ngebrak

Jumat 19 Jul 2024 - 07:44 WIB
Reporter : Aghistna Muhammad Ibrahim Sula
Editor : Wahyu Hidayat

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Berikut adalah cerita rakyat di Kelurahan Bligo dan perempatan Ngebrak yang masuk daerah Kabupaten Pekalongan.

Di Kabupaten Pekalongan, tepatnya di Kecamatan Buaran ada sebuah kelurahan bernama Kelurahan Bligo, dan di daerah tersebut ada sebuah perempatan atau jalan simpang empat yang dinamai perempatan Ngebrak.

Di sini terdapat pasar tradisional dan banyak UMKM yang berjualan di sepanjang jalan Kelurahan Bligo, sehingga membuat daerah ini tampak selalu ramai dengan rutinitas perdagangan dan lainnya.

Penamaan Perempatan Ngebrak

Dalam dari buku "Mendongeng Pekalongan" yang disusun ole Taufik Hidayat dan Akar Atya, cerita rakyat tentang Kelurahan Bligo dan perempatan Ngebrak terangkum dalam satu kisah menarik yang terjadi pada awal abad ke-20 M.

BACA JUGA:Haul Ki Ageng Rogoselo 2024, Rangkaian Acara dan Sejarahnya

BACA JUGA:Haul Wonobodro 2024, Siapa Saja yang Dimakamkan di Wonobodro dan Bagaimana Sejarahnya

Kisah penamaan Ngebrak dimulai pada tahun 1905 M, saat itu ada seorang tokoh sakti dari Mataram yang datang ke Pekalongan. Tokoh tersebut bernama Putro Druwolo, ia memutuskan untuk menetap di Pekalongan, di sekitar daerah Bligo.

Masa itu di daerah ini sudah dihuni beberapa penduduk, serta dihuni oleh seorang jagoan sakti bernama Gento Coproyo. Ia tinggal di wilayah Coprayan, tidak jauh dari tempat tinggal Putro Druwolo.

Mendengar ada pendatang yang katanya memiliki kesaktian tinggi,  Gento Coproyo merasa tersaingi lalu berniat untuk menantang Putro Druwolo.

Singkat cerita pertempuran antar kedua jagoan sakti ini pun tak dapat dihindari. Keduanya sama-sama memiliki kesaktian yang tinggi, sehingga pertarungan tersebut terjadi cukup ketat.

BACA JUGA:Menelusuri 5 Makam Wali Besar di Sapuro Pekalongan

Setelah melewati adu kesaktian yang cukup lama, Gento Coproyo kehabisan tenaga dan akhirnya ngeprok atau ngebrak di perempatan jalan. Dalam bahasa Jawa 'Ngebrak' memiliki arti jatuh tak berdaya. Akhirnya perempatan tersebut pun diberi nama perempatan Ngebrak untuk mengabadikan peristiwa sengit itu.

Penamaan Kelurahan Bligo

Kesaktian Putro Druwolo dan berita kekalahan Gento Coproyo tersebar luas di daerah-daerah lain. Jagoan sakti dari Mataram itu mengundang perhatian jagoan-jagoan lain, mereka penasaran dengan ilmu Putro Druwolo.

Kategori :