BACA JUGA:Jejak Sejarah Pekalongan: 2 Punden Berundak di Pekalongan, Tempat Pemujaan Kepercayaan Lokal?
Syekh Jabar juga banyak berjasa membantu permasalahan yang dialami masyarakat. Ketika Desa Sembungjambu sedang mengalami kekeringan, beliau berinisiatif menggali sumur untuk membantu persediaan air masyarakat.
Keberadaan sumur tersebut terbukti sangat membantu, bahkan sampai sekarang sumur Syekh Jabar ini masih berguna dan airnya dikenal sangat jernih.
Masyarakat mempercayai bahwa sumur tersebut mengandung keberkahan, sebab sudah didoakan langsung oleh Syekh Jabar, wali keramat di Kecamatan Bojong.
Alhasil untuk meraih keberkahan, masyarakat banyak yang sengaja mandi dan wudhu di sumur milik Syekh Jabar. Sumur itu terletak sekitar 1 kilometer dari makam Syekh Jabar.
BACA JUGA:Sejarah Terbentuknya Tradisi Batik Pekalongan
Oleh karena jasa-jasanya yang sangat besar untuk masyarakat di Dukuh Ceper, masyarakat lalu menyebut Syekh Jabar dengan nama Kyai Gede Ceper.
Wafat dan Makam Kyai Gede Ceper
Pada tahun 1176 H atau 1755 M, wali keramat di Kecamatan Bojong itu wafat, masyarakat sekitar berduka dan merasa kehilangan tokoh besar yang telah banyak berjasa bagi mereka.
Kyai Gede Ceper dimakamkan di atas tanah milik beliau sendiri yang berada di Dukuh Ceper RT.08 RW.02.
Awalnya makam beliau seperti makam pada umumnya, namun sekarang sudah dibangun seperti rumah untuk melindungi makam sekaligus memudahkan para peziarah.
Di dalam bangunan tersebut terdapat 2 makam, konon makam itu adalah makam Kyai Gede Ceper dengan santri kesayangannya.
Di awal meninggalnya, makam beliau terkesan angker, konon menurut cerita jika ada burung yang terbang melintas di atasnya seketika burung itu akan mati.
Namun semenjak masyarakat mengadakan pengajian untuk memperingati haul beliau, sisi keangkeran tersebut berangsur-angsur mulai berkurang.