Di Dampingi Guru Pendamping, Siswa ABK Belajar di Kelas yang Sama dan Pembelajaran Serupa

DOK - Suasana Penerimaan peserta didik baru di aula sekolah --

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Menjadi salah satu sekolah inklusi, SMPN 9 Pekalongan memberikan layanan pendidikan yang sama kepada siswa Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK) dengan siswa pada umumnya. Namun siswa ABK akan diberikan guru pendamping dalam proses belajar mengajar.

Diceritakan Kepala SMPN 9 Pekalongan Ida Solowati dalam proses belajar mengajar penilaian bagi siswa ABK dan non ABK dibedakan. Hal tersebut didasarkan pada hasil diagnostik yang sebelumnya dilakukan oleh SMP 10 Pekalongan.

"Untuk penilaian yang kita lakukan tidak hanya tentang membaca, menulis karena anak ABK ada yang belum bisa membaca. Nah untuk ABK sesuai kompetensi yang mereka punya, ada yang bisa nyanyi boleh, semua disesuaikan dengan kompetensi yang mereka miliki," imbuh Ida.

Disampaikan Ida, sejak adanya pemerataan kualitas sekolah, SMP Negeri 9 Kota Pekalongan juga terus berbenah dari mulai kelengkapan sarana dan prasarana, penyiapan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para guru dan tenaga kependidikan, kualitas lulusan hingga mutu sekolah. Bahkan, SMP Negeri 9 Kota Pekalongan juga menjadi salah satu sekolah inklusif. Dimana, di sekolah ini, baik anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak, akan belajar di kelas yang sama dan mendapat pendidikan yang serupa. Namun, anak berkebutuhan khusus tetap didampingi oleh guru pendamping selama kegiatan belajar mengajar.

BACA JUGA:Jaga Kualitas dan Pelayanan, PPDB SMK Muhamka Batasi Kuota Peserta Didik Baru

BACA JUGA:Belasan SMP Negeri di Purworejo Masih Kekurangan Siswa

"Tahun ini kami menerima 3 anak inklusi.  Di kelas tersebut, para siswa bisa terlatih dan terdidik untuk dapat menghargai, menghormati, dan menerima satu sama lain dengan penuh empati. Sekarang sudah ada pemerataan sekolah, jadi Saya rasa mau sekolah dimanapun sama saja. Jadi, Saya meminta para orang tua agar tidak memaksakan anaknya untuk sekolah di SMP tertentu. Kasihan juga jika harus dipaksa daftar ke SMP A, B, atau C terpental semua jurnalnya, malah nanti anak tersebut bisa putus sekolah. Jadi, mau itu sekolah dimanapun sekarang kualitasnya sama saja, yang terpenting anak bisa survive mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik," pungkasnya.(Mal)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan