Sejarah Kampung Arab di Pekalongan dan Peranan Keluarga Arab pada Masanya

Minggu 18 Aug 2024 - 20:56 WIB
Reporter : Argubi
Editor : Wahyu Hidayat

Koloni Arab di Pekalongan memiliki ciri yang berbeda dibandingkan koloni Arab lainnya di nusantara. Orang-orang Arab yang datang pada abad ke-18 sebagian besar adalah golongan Sayyid. Mereka kemudian menikah dengan perempuan yang merupakan anak dari pemimpin pribumi dan menjadi koloni yang ada sekarang.

Awalnya orang-orang Arab di Pekalongan menetap di daerah pinggiran seperti Ledok, Mipitan, Kauman dan Krapyak.

Dalam naskah yang disusun oleh S. De Sacy yang diterbitkan pada 1838, koloni Arab memiliki pemimpin yang diangkat oleh pemerintah kolonial.

Pemerintah Hindia Belanda menunjuk Letnan Said Djen bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah bin Yahya bagi pemimpin golongan Arab di Pekalongan sedangkan untuk wilayah Keputran ditunjuk Said Ibrahim Bin Oemar Alatas.

Permukiman etnis Arab hingga sekarang masih memberikan warna tersendiri bagi kota Pekalongan. Permukiman ini seringkali disebut Kampung Arab, terdiri dari Kelurahan Sugihwaras, Kelurahan Poncol, dan Kelurahan Klego. 

Presentase etnis keturunan Arab terbanyak berada di Kelurahan Sugihwaras,  jumlahnya mencapai sekitar 20-30% dari jumlah penduduk.

BACA JUGA:Gunung Tertinggi di Pekalongan Ini Masuk Seven Summit Jawa Tengah, Sunyi, Rimbun nan Eksotis

Arsitektur kolonial

Astuti Soekardi, arsitek yang pernah melakukan kajian tentang arsitektur di kawasan Kampung Arab menyebutkan, di wilayah ini terutama di jalan-jalan utama, banyak ditemukan bangunan-bangunan rumah tinggal kuno dengan gaya kolonial yang merupakan trend pada masanya.

Ini terjadi karena pada masa itu wilayah tersebut terdapat pengusaha Real Estate keturunan Arab yang mengusahakan rumah siap huni dengan gaya kolonial.

Mereka mengusahakan hunian untuk kelompoknya yang memiliki kemampuan ekonomi untuk membelinya.

Tampilan arsitektur kolonial di Kelurahan Sugihwaras merupakan peranan dari tiga keluarga Arab di wilayah itu yang menjadi pengusaha Real Estate pada masanya, yakni keluarga Argubi, keluarga Yahya dan keluarga Shihab.

Pada saat itu usaha sewa rumah merupakan bisnis yang sangat menjanjikan dan memberikan keuntungan yang cukup besar.

Ketiga keluarga tersebut banyak membangun rumah di wilayah Kampung Arab, terutama di Kelurahan Sugihwaras, selain untuk disewakan juga untuk keluarga sendiri.

Selain peranan dari tiga keluarga pengusaha Arab kaya tersebut, arsitektur rumah-rumah di Kampung Arab juga sedikit banyak meniru dari arsitektur rumah-rumah tinggal di kampung tetangga, yaitu Kampung Eropa atau dari bangunan-bangunan di pusat pemerintahan atau pun tren bangunan di wilayah Pecinan.

Jika melihat sisi positifnya, penjajahan Belanda terhadap Indonesia selain menyisakan kepedihan dan kesedihan,  juga meninggalkan jejak arsitektur masa lalu yang kaya.

Kategori :