Wujudkan ODF, Pemkot Pekalongan dan Kemitraan Bangun 23 MCK Komunal Adaptif

Rabu 29 May 2024 - 00:01 WIB
Reporter : ABDURRAHMAN
Editor : Damar Purbono

KOTA - Dalam rangka mewujudkan Open Defication Free (ODF) atau tidak BAB sembarangan di Kota Pekalongan secara menyeluruh, Pemkot Pekalongan berkolaborasi dengan Kemitraan Indonesia membangun 23 Unit Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Komunal Adaptif di 8 kelurahan terdampak banjir dan rob di Kota Pekalongan.

Demikian terungkap dalam kegiatan Workshop Sanitasi Publik dan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif di Hotel Aston, Selasa (28/5/2024). Kegiatan dihadiri Sekda Nur Priyantomo dan Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, serta para kelompok kerja (pokja) perubahan iklim dan fasilitator kelurahan se-Kota Pekalongan.

Sekda Nur Pri mengucapkan terimakasih kepada Tim dari Adaptation Fund Kemitraan Indonesia yang terus memberikan pendampingan kepada Pemkot Pekalongan dan masyarakat untuk bersama- sama membahas tentang  perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang masih terjadi di sejumlah titik di lingkungan masyarakat. 

Dalam melakukan pendampingan, Kemitraan Indonesia membangun program-program sarana dan prasarana fisik  untuk membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim di Kota Pekalongan. Salah satunya, Kemitraan membangun 23 Unit Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Komunal Adaptif di 8 kelurahan terdampak banjir dan rob di Kota Pekalongan. 

"Saat ini, pembangunan MCK komunal adaptif tersebut sudah 95 persen rampung dikerjakan. Namun, diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat selaku penerima manfaat," tuturnya. 

Dengan pertemuan workshop ini, sambung Sekda Nur Pri, dapat meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa perilaku BABS sangatlah tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Harapannya pertemuan ini dapat memberikan beberapa alternatif solusi dalam upaya menurunkan tingkat bebas BABS, sekaligus mencapai predikat Open Defication Free (ODF) atau tidak BAB sembarangan secara menyeluruh di Kota Pekalongan. 

"Sebagaimana dilaporkan teman-teman dari Adaptation Fund, bahwa masih terdapat empat kelurahan (Panjang Wetan, Degayu, Krapyak, dan Padukuhan Kraton) yang teridentifikasi masih melakukan BABS. Dimana, kebiasaan ini masih dipengaruhi oleh perilaku sosial yang perlu penyadaran kolektif, baik dari individual maupun kelembagaan," tuturnya.

Dalam workshop itu, Sekda Nur Pri juga menyampaikan apresiasi kepada fasilitator kelurahan dan Tim AF yang ke depannya memiliki keinginan untuk segera membangun pengelolaan MCK Komunal Adaptif, dengan metode pendampingan langsung kepada masyarakat, agar tujuan dari tercapaianya kota sehat di Kota Pekalongan dapat direalisasikan. 

Sekda Nur Pri menilai, diperolehnya status Kota Sehat merupakan salah satu cita-cita yang masih terus Pemkot Pekalongan upayakan pencapaiannya. Memperoleh status tersebut akan menjadi sebuah prestasi luar biasa, yang mana dapat turut menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyelenggrakan akses kesehatan terhadap masyarakat secara menyeluruh.

"Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai status Kota Sehat tersebut, seperti salah satunya terkait pemenuhan standar sanitasi yang tinggi dengan tercapainya Open Defecation Free (ODF). ODF sendiri mencerminkan adanya akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet atau jamban. Selain itu, ODF juga melibatkan perubahan perilaku masyarakat untuk menghindari praktik buang air besar sembarangan dan menerapkan kebiasaan mencuci tangan yang baik setelah menggunakan toilet,"paparnya.

Lanjut Sekda menambahkan, bahwa mencapai status ODF sangatlah penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal tersebut lantaran praktik BABS dapat menyebabkan berbagai penyebaran penyakit serta mengancam kebersihan lingkungan. Sehingga, dengan mencapai status ODF risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan harapannya dapat dikurangi secara signifikan.

"Kemudian, setelah memastikan lingkungan bebas dari praktik buang air besar sembarangan, langkah-langkah selanjutnya akan kami arahkan pada peningkatan kualitas air minum, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi kesehatan yang holistik, hingga nantinya dapat tercapai status Kota Sehat bagi Kota Pekalongan. Sebuah hal baik tentunya tidak mungkin tercapai tanpa kerja keras, kolaborasi, dan dedikasi dari semua pihak,"tegasnya.

Sementara itu, Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, Workshop ini dimaksudkan untuk membangun pemahaman yang sama terkait MCK Komunal Adapatif yang didalamnya berkaitan dengan sanitasi, sehat untuk bersama, dan sebagainya.

"Bagaimana MCK itu tidak hanya bisa memenuhi indikator sehat, tetapi juga memenuhi perlakuan terhadap MCK itu sendiri yang dikelola secara bersama. Selain itu, kami ingin mensinergikan peran semua pihak yang menjadi modalitas bersama terkait pengelolaan MCK komunal adaptif yang sudah dibangun ini ke depan. Jadi, tidak hanya sekedar selesai dibangun, namun juga ada pengelolaan untuk keberlanjutan ke depannya baik perawatan, memastikan MCK selalu berfungsi, dan dikelola secara komunal,"ungkapnya.

Andi Kiki menyebutkan, sejak Juli 2021, Kemitraan Indonesia telah membangun 23 MCK komunal adaptif yang tersebar di 8 kelurahan terdampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, 17 unit diantaranya merupakan rehabilitasi MCK, dan sisanya pembangunan MCK baru. Pembangunan sudah 95 persen, 5 persen sisanya untuk memastikan kelengkapan sarana dan prasarana, yang dapat mendukung operasional MCK ini.

Kategori :