Hasil Penelitian Pengobatan Pasca Vaksin COVID-19 di Jawa Tengah

apt. Ainun Muthoharoh, M.Farm-dok. istimewa-

COVID-19, yang pertama kali muncul pada akhir 2019, telah mempengaruhi lebih dari 235 negara. Indonesia memulai program vaksinasi pada 13 Januari 2021 untuk melawan virus ini. Vaksinasi, meskipun penting untuk mengatasi pandemi, memunculkan berbagai isu dan efek samping yang perlu ditangani dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jenis gejala yang dialami masyarakat pasca vaksin COVID-19 dan pengobatan yang mereka lakukan.

Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2021 dengan metode survei pada peserta vaksinasi di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP). Dari 250 peserta, 56 orang terpilih sebagai sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui kuisioner yang mencakup informasi tentang gejala setelah vaksinasi dan pengobatan yang digunakan.

Temuan Utama,Gejala Pasca Vaksinasi: Sebagian besar responden melaporkan gejala seperti nyeri di tempat suntikan, demam, mual, dan pusing. Sebanyak 13 dari 56 responden tidak mengalami gejala pasca vaksinasi.

Pengobatan yang Digunakan, mulai dari pengobatan dengan menggunakan obat Generik seperti Parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri dan demam. Hanya satu peserta yang menggunakan parasetamol dari panitia vaksinasi.

Obat Paten, beberapa responden menggunakan obat seperti Pamol®, Panadol®, dan Sanmol® yang mengandung parasetamol. Penggunaan Demacoline® untuk gejala flu dinilai tidak tepat karena tidak ada gejala flu pada responden.

Herbal, responden melaporkan penggunaan air kelapa, jahe, madu, dan spirulina untuk mengatasi gejala. Air kelapa dan jahe dianggap efektif untuk mengatasi demam dan nyeri, sementara spirulina dan madu belum memiliki bukti kuat untuk mengatasi KIPI pasca vaksinasi.

Hasil diskusi, gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dilaporkan mirip dengan penelitian di negara lain, seperti Malaysia. Efek samping yang umum meliputi nyeri, demam, dan mual, yang biasanya hilang dalam beberapa hari. Penggunaan parasetamol sesuai dengan rekomendasi medis, sedangkan penggunaan Demacoline® untuk gejala flu kurang tepat. Hasil penelitian ini, herbal yang dikonsumsi yaitu 2% menjawab konsumsi air kelapa, 2% menjawab konsumsi spirulina, 4% menjawab konsumsi jahe, dan 2% menjawab konsumsi madu. 

Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang berpotensi sebagai imunomodulator booster untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemi covid-19, seperti jahe merah, meniran, sambiloto, sembung, temulawak, dan mengkudu. Jenis herbal ini dapat dikonsumsi secara tunggal maupun kombinasi agar didapatkan hasil maksimal.

Imunomodulator dapat mengoptimalkan fungsi sistem imun seseorang yang merupakan suatu sistem utama berperan dalam pertahanan tubuh. Tanaman jahe memiliki aktivitas sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antiemetik. Hasil survey pada penelitian ini, menunjukkan bahwa responden telah tepat menggunakan jahe untuk mengatasi KIPI vaksin covid-19 seperti nyeri/pegal, demam, dan mual.

Air kelapa hijau dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada dismenorea primer remaja putri. Air kelapa harganya murah dan mudah didapatkan. Air kelapa dapat digunakan untuk mengobati demam atau sebagai antipiretik.

Pada penelitian yang dilakukan dengan meginduksi DPT-Hb pada mencit, didapatkan hasil bahwa kelompok terapi air kelapa mampu mencegah terjadinya demam. Hasil survey pada penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memilih herbal yang benar yaitu air kelapa untuk mengurangi gejala KIPI vaksin covid-19 seperti demam. Namun dari hasil pencarian literatur, peneliti belum menemukan air kelapa dapat mengurangi gejala mual.

Spirulina merupakan jenis mikroalga spesies alga hijau biru. Spirulina dimanfaatkan sebagai makanan kesehatan dan sumber nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia. Spirulina memiliki daya hambat terhadap virus. Senyawa yang berpotensi menghambat TMPRSS2 sehingga dapat mencegah infeksi SARS-Cov-2 adalah quercitrin. Spirulina mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang tinggi. Spirulina merupakan imunomodulator yang berkhasiat melawan inflamasi. Spirulina memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antiinflamasi yang dapat mengurangi enzim prostaglandin E2, dan antikanker.

Pada penelitian tahun 2015, spirulina diformulasikan menjadi sebagai antioksidan. Pada sebuah penelitian pada ekstrak spirulina platensis, spirulina mampu menurunkan kadar malondiadehid (MDA) sehingga dapat menurunkan apoptosis sel yang berpotensi sebagai agen protektif terhadap paparan sinar UVB. Madu memiliki kandungan antiemetik.

Madu merupakan agen imunomodulator yang menghasilkan sitokin sehingga dapat membunuh bakteri dan memperbaiki jaringan. Madu juga banyak digunakan masyarakat sebagai agen imunomodulator di masa pandemi covid-19.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan