Kota Pekalongan Diambang Darurat Sampah

OVERLOAD - Wali Kota Achmad Afzan Arslan Djunaid didampingi Kepala DLH Sri Budi Santoso saat meninjau kondisi TPA Degayu yang sudah overload.-ISTIMEWA -

KOTA - Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid mengungkapkan kalau Kota Pekalongan saat ini di ambang darurat sampah.

Hal ini dikarenakan kondisi TPA Degayu, sebagai satu-satunya tempat berakhirnya seluruh sampah Kota Pekalongan, sudau overload.

TPA Degayu diprediksi hanya akan mampu menampung sampah sampai akhir 2024 atau awal tahun 2025. 

Oleh karena itu, Pemkot Pekalongan mendorong adanya kesadaran warga masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga dalam pengelolaan sampah. 

Partisipasi masyarakat dibutuhkan khususnya dalam pengelolaan sampah dari rumah sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) kemudian, diangkut menuju ke Tempat Pemrosesan akhir (TPA) Degayu. 

Pihaknya menyadari persoalan sampah ini menjadi kendala dan permasalahan pelik di hampir semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia, termasuk Kota Pekalongan.

"Ada banyak hal yang memengaruhi pengelolaan sampah di Kota Pekalongan belum maksimal. Faktor tersebut, di antaranya program pemerintah melalui dinas terkait harus bisa mengurangi sampah secara signifikan baik sampah yang dipilah masyarakat dari sampah rumah tangga, bank sampah, dan yang masuk ke TPA Degayu. Per hari ini sampah yang masuk ke TPA sudah sekitar 130 ton per harinya," kata Aaf, sapaan akrabnya, usai Groundbreaking Pembangunan TPST Kertoharjo, Senin (22/7/2024).

Aaf menyampaikan bahwa sebagian masyarakat mungkin sudah ada yang tertib membuang sampah, namun begitu diangkut di truk sampah dijadikan satu (dicampur). Selain itu, perlunya dioptimalkan kembali pilah sampah dari rumah dan mengubah sampah menjadi berkah (pundi-pundi rupiah).

"Kalau semua masyarakat sudah memiliki kesadaran membuang sampah di tempatnya, maka sampah akan semakin berkurang. Saya mengajak kepada semuanya untuk lebih peduli dan bijak dalam membuang sampah. Sebab, kalau TPA Degayu sudah overload, maka sampah akan dibuang ke mana lagi?" katanya.

"Sebaik apapun program pemerintah yang sudah dilaksanakan dan sebanyak apapun biaya yang sudah dikeluarkan akan menjadi percuma dan sia-sia jika tidak dibarengi dengan partisipasi dan kesadaran masyarakatnya," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso menjelaskan, salah satu kendala permasalahan sampah saat ini hampir tidak terpilah dari produsen sampah. 

Sehingga, perlunya memilah sampah akan sangat membantu mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. Dimana, 60-64 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik, sementara sampah anorganik setelah dipilah dapat menjadi barang yang bermanfaat bahkan bernilai ekonomi 

"PR bersama adalah melakukan pengolahan sampah organik yang mencapai 60 persenan. Sedangkan, teknologi yang sudah dilakukan jajaran DLH yakni composting (proses penguraian bahan organik secara biologis untuk menghasilkan pupuk alami) dan budidaya maggot," ungkap SBS, sapaan akrabnya.

Pihaknya tak henti-hentinya menghimbau kepada masyarakat agar turut berpartisipasi mengolah sampahnya secara tanggungjawab dan bijak. Hal ini penting, mengingat sampah ini dihasilkan oleh semua orang, sementara kapasitas TPA Degayu sudah semakin overload. Sehingga, diperlukan tanggungjawab dan kerjasama dalam mengolah sampah yang dihasilkan masing-masing.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan