Strategi ATM (Asih, Teladan, Mengayomi) Kepala Madrasah Tingkatkan Kinerja Guru MIS Kaliketing Kalimojosari

Ida Hanimah, S.Pd.I*-dok. istimewa-

DALAM suatu lembaga, agar berjalan sesuai dengan target dan tertata dibutuhkan seseeorang yang memimpin. Dalam madrasah, kepala madrasah yang mengemban tugas tersebut. Kepala Madrasah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Daryanto:1996). 

Strategi dalam kepemimpinan sangatlah dibutuhkan karena sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok dalam hal ini adalah para guru, maka paling tidak ada implikasi penting yaitu seorang pemimpin itu harus melibatkan bawahan atau pengikut. Kesediannya untuk menerima pengarahan dari pemimpin, anggota kelompok mampu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Strategi yang diterapkan oleh Kepala Madrasah MIS Kaliketing Kalimojosari adalah ATM (Asih, Teladan, dan Mengayomi).

Yang pertama asih, kata asih sendiri berarti cinta, yang mana mengandung makna nilai ontologis bahwa keberadaan asih berasal dari Tuhan Yang Maha Pengasih  sehingga nilai dari asih dapat dijadikan dasar landasan kehidupan untuk membangun kehidupan manusia yang harmonis (Atja & Saleh D:1981).Sebagai seorang pemimpin harus mampu mencintai para angggotanya. Pemimpin tidak hanya harus tegas mendidik para anggotanya, tapi juga harus mampu menyelami emosional para anggotanya. Karena tiap karakteristik para anggota berbeda, maka dibutuhkan keahlian sebagai seorang pemimpin melakukan pendekatan secara emosional. Ini juga mampu membuat suatu organisasi atau suatu kelompok agar sepaham, sepemikiran, dan sehati sehingga mampu mencapai tujuan bersama. Ini penting, ketika salah satu anggota tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, ikatan emosional ini akan mampu membuat semangat anggotanya untuk bersama-sama menyelesaikan tugas tersebut tanpa meninggalkan atau mengorbankan salah satu anggota.

Yang kedua teladan. Teladan dapat diartikan dengan memberi contoh yang baik dalam semua aspek (Hardiyanto:2013). Pemimpin yang teladan berarti pemimpin tersebut dapat memberikan contoh yang baik dalam semua bidang, seperti kedisiplinan, bersikap jujur dan sebagainya. Seperti gagasan apik dari tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara “Ing ngarso tuladha”, pemimpin itu harus memberi teladan. 

Keteladanan pada pemimpin sangat berdampak bagi anggotanya, dimana mereka secara tidak langsung meniru apa yang dilakukan pemimpinnya seperti disiplin dalam bekerja. 

Kemudian mengayomi, mengayomi berasal dari kata dasar ayom. Mengayomi memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga mengayomi dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Dalam KBBI, mengayomi berarti melindungi. 

Sebagai pemimpin harus bisa menjadi pengayom bagi bawahannya. Dimana pemimpin harus lebih sering terjun ke lapangan secara langsung, mendengarkan keluh atau hambatan yang dialami bawahannya, kemudian memberikan solusi yang tepat untuk dilakukan. Terkadang dibutuhkan evaluasi berkala terhadap bawahannya, bagaimana pengajaran yang dilakukan para guru dikelas, agar mengetahui kekurangan yang ada. 

Menjadi pengayom menjadikan pemimpin menguasai komunikasi 2 arah, sehingga jika terdapat hambatan langsung bisa diatasi. Para anggotanya pun tak segan akan membicarakan masalah tersebut pada pimpinannya. Ataupun jika terjadi sebuah kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya, pemimpin menasihati dengan baik dan sopan. 

Itulah strategi yang diterapkan Kepala Madrasah MIS Kaliketing Kalimojosari, Asih, Teladan dan Mengayomi yang disingkat ATM, yang mana terbukti efektif menjadikan berjalannya kegiatan di madrasah berjalan dengan baik dan sesuai dengan visi misinya. 

Sebagai seorang pemimpin dalam hal ini kepala madrasah, harus bisa menerima bahwa dia diberi amanah oleh banyak orang, menjadi contoh terhadap orang lain dan mengatur sebagaimana mestinya sebuah lembaga sekolah bisa berjalan demi mencapai tujuan pembelajaran. (*)

 

*)Penulis adalah Kepala Madrasah MIS Kaliketing Kalimojosari, Jl. Raya Kaliketing Kalimojosari, Doro, Kabupaten Pekalongan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan