Kuatkan Kualitas P5 Pendidikan Kesetaraan

DENGARKAN - Para peserta mendengarkan materi dari narasumber.-MALEKHA-

KOTA - Profil pelajar pancasila harus dimiliki oleh warga belajar pendidikan non formal tidak hanya pelajar di pendidikan formal saja, untuk menguatkan hal tersebut berkolaborasi dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten dan Unicef kantor Surabaya, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pendidikan (Dindik) menggelar pelatihan modul pemberdayaan berbasis profil pelajar pancasila bagi fasilitator Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan unsur Kementerian Agama (Kemenag) setempat, dilaksanakan selama 2 hari mulai 6-7 Maret 2024 di aula B kantor Dinas Pendidikan.

Usai membuka pelatihan tersebut, Rabu (6/3/2024) Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Zainul Hakim menyampaikan terimakasih kepada Unicef dan LPA Klaten yang telah memilih dan memberikan pendampingan kepada Kota Pekalongan.

“Pelatihan ini merupakan program penguatan pendidikan kesetaraan melalui modul pemberdayaan, yang juga mendukung implementasi kurikulum merdeka di pendidikan non formal. Dan hanya ada 2 daerah yang mendapatkan fasilitas ini yaitu Kota Pekalongan dan Kabupaten Rembang,” terangnya.

Zainul menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan menambah wawasan bagi fasilitator dalam penyelenggaraan kesetaraan agar bisa lebih baik, “Saya berharap semua peserta yang hadir bisa memanfaatkan dan mendayagunakan ilmu yang didapat dalam meningkatkan kualitas layanan kita di pendidikan kesetaraan, supaya kualitas lulusan pendidikan kesetaraan bisa setara dengan lulusan pendidikan formal. Setelah pelatihan sekitar bulan April mendatang akan diberikan pendampingan lanjutan penerapan modul pemberdayaan ini,” tambah Zainul Hakim.

Sementara itu, Ketua LPA Klaten, Akhmad Syakur, menjelaskan bahwa modul pemberdayaan ini lebih fokus pada kecakapan hidup warga belajar seperti kepemimpinan, mengenal potensi diri, dan bagaimana meningkatkan kapasitas diri yang mana masih belum diberikan pada pendidikan kesetaraan, “Warga belajar dari pendidikan non formal ini mempunyai latar belakang bermacam-macam seperti keterbatasan akses, bullying, atau yang lainnya jadi perlu sekali materi kecakapan hidup untuk memotivasi dirinya dan menghilangkan trauma dari masalah-masalah yang mereka hadapi sebelumnya,” ujar Ahmad Syakur.

Lebih lanjut, Akhmad menilai bahwa kehadiran pendidikan kesetaraan sangat penting dan bisa meminimalisir terjadinya kasus-kasus penyimpangan di kalangan remaja, oleh sebab itu layanan pendidikan yang diberikan harus lebih kompleks dan matang, “Cara belajar mengajar di PKBM ini lebih fleksibel, tidak ada jarak, dari hati ke hati yang bisa membuat warga belajar lebih nyaman karena mereka diterima dengan baik, sehingga materi yang diberikan harus maksimal termasuk pendidikan kecakapan hidup mereka,” pungkasnya. (mal)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan