Pemilih Muda Butuh 7 Menit di TPS

PEMILIH MILENIAL: Pemilih milenial pun tampak semangat memberikan hak pilihnya saat simulasi pemungutan dan penghitungan suara di TPS 001 Desa Paninggaran, kemarin. -Hadi Waluyo-

Disinggung untuk pemilih tidak bisa membaca atau dengan alasan tertentu sehingga tidak bisa menggunakan hak pilihnya sendirian di TPS apakah bisa didampingi, Izzah menyatakan, untuk orang-orang yang membutuhkan pendampingan, mungkin disabilitas, atau orang-orang yang karena beberapa hal tidak bisa menggunakan hak pilihnya sendiri diperbolehkan memakai pendamping.

"Untuk pendamping ini bisa dari keluarga maupun dari petugas. Syaratnya bagi pendamping mereka mengisi form pendamping, sehingga nanti mereka legal untuk mendampingi pemilih yang mereka tidak bisa memberikan hak suaranya sendiri atau tidak bisa masuk ke biliknya sendiri," terang dia.

Ia mengatakan, saat simulasi di Bojong, ditemukan juga pemilih yang mencoblos tidak dengan benar sehingga surat suara dinilai rusak. Namun itu tidak banyak. "Namanya juga manusia, walaupun itu tidak banyak tetap ada beberapa yang salah mencoblosnya. Ada beberapa surat suara yang coblos rusak," katanya.

Diterangkan, untuk mencoblos yang benar, seumpama untuk pasangan presiden dan wakil presiden itu yang sah mencoblos di nomor urut atau di gambar pasangan, atau di namanya, atau di partai pendukungnya. Atau di keempat-empatnya tapi masih dalam satu kotak.

"Seumpama nomornya ya dicoblos, gambanya dicoblos, namanya dicoblos, partai pendukung dicoblos tapi dalam satu kotak. Yang tidak boleh, seumpama dicoblos lebih dari satu tapi beda kotak," jelas dia.

Untuk DPR, lanjut dia, bisa memilih di nomor urut partai, atau gambar partai atau nama partai, atau di nama-nama calegnya. "Boleh itu, ataupun seumpama nama partainya ya, gambar partainya ya, di nomor atau nama calegnya juga boleh tapi dalam satu partai. Yang tidak sah seumpama ada beberapa coblosan yang beda partai," terang dia.

Sementara itu, Asisten 1 Sekda Pemkab Pekalongan Wiryo Santoso mengajak semuanya untuk menjadikan kegiatan simulasi ini sebagai sarana pembelajaran. "Mari kita jadikan setiap kesalahan atau hambatan yang mungkin muncul sebagai peluang untuk memperbaiki dan memperkuat sistem yang ada," kata dia.

Dikatakan, pemilu adalah pilar utama dalam menjaga kestabilan dan keadilan dalam pemerintahan. Sehingga, keterlibatan aktif dalam simulasi ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kesuksesan proses pemilu yang akan datang. "Dengan simulasi ini bisa mengetahui potensi permasalahan yang mungkin muncul dan upaya penyelesaiannya," katanya. (had)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan