Tim Pengabdian Masyarakat UI Ajarkan Olah Limbah menjadi Ecobrick

Kamis 29 Aug 2024 - 19:21 WIB
Editor : Hendri

DEPOK - Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) memberikan program edukasi pengolahan limbah menjadi ecobrick kepada warga Desa Sukarame, Banten.

Ketua Pengmas UI Ns. Suryane Sulistiana Susanti, M.A., Ph.D., di Kampus UI Depok, Kamis, mengatakan para mahasiswa merancang program edukasi yang tidak hanya mengajarkan cara pembuatan ecobrick, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah plastik secara berkelanjutan.

“Ecobrick bukan sekadar solusi biasa, ia adalah metode revolusioner yang mengubah sampah plastik menjadi sumber daya yang berharga. Secara sederhana, ecobrick adalah botol plastik bekas yang diisi padat dengan berbagai jenis limbah plastik hingga mencapai tingkat kepadatan tertentu,” kata Ns. Suryane.

Ia menambahkan botol-botol ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang kuat, serbaguna, dan ramah lingkungan.

Dengan ecobrick, sampah plastik yang biasanya hanya menjadi beban lingkungan, kini bisa diubah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti kursi, meja, hingga struktur bangunan sederhana.

Lebih lanjut, ia mengatakan proses pembuatan ecobrick tidak memerlukan peralatan atau keterampilan khusus, sehingga sangat mudah diterapkan oleh siapa saja.

Alat yang dibutuhkan hanyalah botol plastik bekas, sampah plastik bersih yang telah digunting kecil-kecil, dan kayu penekan untuk memadatkan sampah dalam botol.

Standar yang digunakan dalam pembuatan ecobrick adalah dengan memastikan bahwa botol terisi penuh dan padat, dengan berat minimum mencapai sepertiga dari volume botol. Sebagai contoh, untuk botol berukuran 600 ml, berat ecobrick yang dihasilkan harus mencapai 200 gram.

“Keunggulan lain dari ecobrick adalah fleksibilitasnya. Produk-produk yang dihasilkan dari ecobrick dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kreativitas masyarakat," katanya.

Ke depannya diharapkan masyarakat dapat menjual hasil kreasi dari ecobrick tersebut secara mandiri. Dengan demikian, gerakan ini tidak hanya berperan sebagai solusi pengelolaan limbah, tetapi juga sebagai sumber pendapatan baru bagi warga desa.

Sementara itu, dengan melihat potensi besar yang dimiliki ecobrick, berbagai pihak di Desa Sukarame, termasuk pemerintah desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), menyatakan dukungannya untuk melanjutkan inisiatif ini.

Salah satu rencana jangka panjang yang tengah digagas adalah pembentukan kelompok bank sampah desa yang akan berfokus pada pengumpulan dan pengolahan limbah plastik menjadi ecobrick.

Kelompok ini nantinya diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat dan provinsi dalam mengembangkan program pengelolaan limbah yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif BUMDes Selat Sunda Sukarame Hasan Basri mengatakan dengan adanya program ini, ia optimistis Desa Sukarame bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola limbah plastik dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan.

"Ecobrick membuka peluang besar bagi masyarakat, tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, juga menciptakan nilai ekonomi dari sesuatu yang sebelumnya dianggap sampah,” ujarnya.

Kategori :