Mengenal Agama Kapitayan, Agama Asli Nusantara? Bagaimana Cara Ibadahnya?

Rabu 21 Aug 2024 - 17:29 WIB
Reporter : Aghistna Muhammad Ibrahim Sula
Editor : Wahyu Hidayat

Sedangkan para ruhaniawan melakukan ibadah di suatu tempat yang bernama sanggar, tempat ini adalah bangunan suci yang berbentuk segi empat beratap tumpang dan memiliki Tutu-k (lubang ceruk) di dindingnya, lubang ini menjadi lambang kehampaan Sanghyang Taya. Nah proses ibadah dari para ruhaniawan Kapitayan inilah yang hampir mirip dengan ibadahnya shalat dalam agama Islam.

BACA JUGA:Ada Situs Arkeologi di Puncak Gunung Pekalongan Ini, Peninggalan Zaman Kapan?

BACA JUGA:Temuan Benda Arkeologi di Kecamatan Wonotunggal dalam Berita Penelitian Arkeologi Tahun 1977

Proses ibadah dimulai dengan Tu-lajeg (berdiri tegak) menghadap Tutu-k (lubang ceruk), kemudian mereka mengangkat kedua tangan sambil berusaha menghadirkan Sanghyang Taya di dalam Tutu-d (hati).

Setelah itu tangan diturunkan dan didekapkan di dada, posisi ini disebut dengan swa-dikep (memegang ke-akuan). Proses ini dilakukan dengan waktu yang cukup lama, kemudian setelah selesai dilanjutkan dengan posisi Tu-ngkul (membungkukkan bada menghadap ke bawah).

Lalu dilanjutkan dengan posisi Tu-lumpuk (bersimpuh dengan kedua tumit kaki diduduki). Dan yang terakhir adalah posisi To-ndhem (bersujud seperti bayi dalam perut ibunya).

Selama proses-proses tersebut para ruhaniawan tetap berusaha menghadirkan Sanghyang Taya dalam hatinya, ibadah ini dilaksanakan dalam waktu lebih dari satu jam.

BACA JUGA:Menjelajahi Bukti Petungkriyono sebagai Daerah Tua, Berikut 4 Temuan Arkeologi di Petungkriyono

Itulah sedikit sesi tentang mengenal agama Kapitayan yang diyakini sebagai kepercayaan asli Nusantara, khususnya penghuni pulau Jawa saat itu.(*)

Kategori :

Terpopuler