Mengenal Agama Kapitayan, Agama Asli Nusantara? Bagaimana Cara Ibadahnya?

Mengenal agama Kapitayan-Youtube Tribinuka Harsa Nusantara-

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Artikel ini akan mengajak pembaca untuk lebih mengenal agama Kapitayan, apa sesembahannya dan bagaimana cara ibadah Kapitayan?

Jauh sebelum masuknya agama-agama yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, ada sebuah agama yang dipercaya sebagai kepercayaan asli nenek moyang Nusantara.

Agama itu biasa disebut dengan agama Kapitayan, untuk mengenalnya lebih jauh, mari simak artikel berikut ini sampai akhir.

Kapitayan ini unik, jika kita membaca bagaimana mereka memahami Tuhannya dan cara mereka beribadah hampir mirip dengan agama Islam yang kini banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Pekalongan: 2 Punden Berundak di Pekalongan, Tempat Pemujaan Kepercayaan Lokal?

BACA JUGA:Penasaran dengan Peradaban Islam Tertua di Nusantara? Mari Menengok Bukti Arkeologis Islam Tertua di Nusantara

Dikutip dari buku "Atlas Walisongo" yang ditulis oleh KH Agus Sunyoto, menyebutkan bahwa Kapitayan sudah berkembang sejak berkembangnya kebudayaan paleolithikum, messolithikum, neolithikum, megalithikum, dan berlanjut sampai era perunggu dan besi. Artinya Kapitayan menurut buku tersebut sudah dianut oleh penghuni Jawa berkulit hitam (ras proto melanesia) sejak puluhan ribu tahun lalu sebelum masehi.

Untuk mengenal Kapitayan lebih mendalam, kita juga perlu tahu bagaimana ajaran-ajaran dari mereka yang memiliki sesembahan utama, dikenal dengan nama Sanghyan Taya. Nama ini memiliki arti hampa, kosong, atau suwung.

Sanghyang Taya menurut penganut Kapitayan tidak bisa didefinisikan karena ia bersifat absolut. Penganutnya hanya mendefinisikannya dengan kalimat "tan kena kinaya ngapa", yang berarti tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya.

Sembahyangnya agama Kapitayan

Berdasarkan sembahyangnya, Kapitayan terbagi menjadi 2, yakni orang awam dan para ruhaniawan, cara sembahyang mereka cenderung berbeda, mari kita lihat perbedaannya.

BACA JUGA:Menelusuri Bekas Candi di Pekalongan, Jejak Peradaban Hindu-Buddha di Ujung Selatan Pekalongan

Penganut awam untuk dapat mengenal dan menyembah Sanghyang Taya masih memerlukan objek yang menurut mereka merupakan manifestasi dari sesembahannya.

Objek-objek yang dipakai untuk sesembahan ini identik dengan sesuatu yang memiliki unsur nama Tu atau To, diantaranya adalah wa-Tu (batu), Tu-gu, Tu-k (mata air), Tu-nda (punden berundak), Tu-ngkub (bangunan suci), To-san (pusaka), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Tag
Share