Kasus Pelecehan dan Bullying di Purworejo Capai 37 kasus

KUNKER - Plt Sekjen Kementan RI, Dr Ir Prihasto Setyanto MSc, melakukan kunjungan Kunker dalam rangka program PAT dari Kementan di Desa Dlanggu Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.-dok. istimewa-

PURWOREJO — Sepanjang tahun 2024 ini, kasus pelecehan dan bullying anak di Purworejo mencapai 37 kasus yang telah diungkap.

Sebuah fakta baru yang cukup memprihatinkan terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPRD Purworejo dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3APMD).

Dalam RDP tersebut diketahui bahwa angka kekerasan terhadap anak di Kabupaten Purworejo cukup tinggi.

“Data di DP3APMD, sepanjang tahun 2024 ini sudah memberikan penangan terhadap kasus kekerasan terhadap anak ataupun bullying di Kabupaten Purworejo,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Purworejo, Muhamad Abdullah, usai RDP di Gedung DPRD Purworejo, belum lama ini.

Menurut Abdullah, dalam permasalahan tersebut ada fenomena gunung es. Pengungkapan 37 kasus tersebut, baru yang dilaporkan dan ditangani UPT PPA DP3APMD, pihaknya meyakini kasusnya bisa lebih dari itu.

“Bisa sampai 50 bahkan 100-an. Kita yakini pasti banyak kasus-kasus itu yang belum terungkap,” tambahnya.

Boleh dibilang, Komisi IV menyebut bahwa Purworejo dalam kondisi darurat pelecehan seksual atau darurat kekerasan terhadap anak.

Pihaknya pun meminta agar publikasi dan edukasi tentang permasalahan tersebut digencarkan.

Salah satu tujuannya agar orang tua akan semakin paham dan semakin ketat mengawasi anak-anaknya.

“Kita harapkan agar para guru juga semakin ketat dalam mendidik anak didiknya, sehingga hal seperti ini bisdiminimalisir agar kejadian tidak berulang apalagi bertambah banyak,” tandas Abdullah.

Menilik dari permasalahan tersebut, Abdullah menyebut bahwa salah satu pemicunya adalah adanya kemerosotan moralitas dan akhlak anak. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pendidikan karakter.

“Salah satunya mengenai pendidikan agama, yang disetiap sekolah saat ini volumenya sangat kurang, bahkan jika tidak kleru satu minggu hanya satu jam,” terangnya.

Menurutnya, harus ada perubahan kurikulum yang diberikan di sekolah. Yakni dengan memberikan banyak ruang pendidikan agama dan pendidikan karakter supaya anak-anak kita bisa memiliki karakter yang baik tidak seperti yang terjadi saat ini. (top)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan