Sayyid dan Syekh, 2 Golongan Arab di Indonesia dan Perpecahan yang Terjadi di Dalamnya

Golongan Arab di Indonesia --Pinterest

RADARPEKALONGAN.ID - Meskipun menggegerkan minoritas Arab di Hindia Belanda karena adanya Pan islamisme dan nasionalisme Arab pada tahun 1930-an.

Berita itu dikalahkan oleh perkembangan lain yang terjadi antara antara tahun 1912 dan sekitar 1934 yaitu konflik antara Sayid dan Syekh.

Pada tahun 1901 orang Arab mendirikan Jami'at Khair perhimpunan untuk kebaikan di Batavia.

Perkumpulan ini hendak merawat budaya Arab dan bahasa Arab dengan membuka sekolah sendiri dan mengirim pemuda ke negara-negara Islam untuk melanjutkan pendidikan.

Pada tahun 1912, tiga guru Arab direkrut, satu dari Sudan, satu dari Maroko, dan satu dari Hejaz.

Ahmad Soerkati dari Sudan yang lama berada belajar di Mekah menjadi pemuka agama penting.

Beberapa tahun kemudian Soerkati memulai gerakan reformis yang menyebabkan perselisihan dalam komunitas Arab.

BACA JUGA:Sejarah Orang Arab di Nusantara dan 2 Kasta yang Menguasainya

BACA JUGA:Melacak Bangunan Tua SMP N 1 Kota Pekalongan, Dulunya Sekolah Belanda dan Hoegeng pernah Sekolah di Sini

Sejak awal Soerkati tidak menyukai pandangan keagamaan tradisional dan hubungan sosial yang kaku dalam komunitas imigran di hadromi.

Dia terutama tidak setuju dengan perilaku angkuh aristokratik sayyid di Jawa.

Soerkati pengikut Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho, dua modernis Mesir yang ingin menyelaraskan pengalaman Islam dengan tuntutan zaman dan mengajarkan kesetaraan semua mukmin.

Pandangan Soerkati segera menimbulkan pembicaraan panas dalam komunitas Arab.

Penyebab langsung perpecahan dalam komunitas Arab adalah pernyataannya tentang perkawinan dan cium tangan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan