Model Pembelajaran Snowball Throwing Tingkatkan Keaktifan Belajar Mapel Matematika Materi Perkalian

Oleh : ANIK HIDAYATI, A.Ma-dok. istimewa-

Pendidikan sekolah dasar (SD) /Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan jenjang dasar bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan. Pendidikan di SD/MI mempunyai kontribusi dalam membangun dasar pengetahuan siswa untuk digunakan pada pendidikan selanjutnya, oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar harus berjalan optimal.

Dari semua mata pelajaran, terdapat satu mata pelajaran yang menurut sebagian siswa menjadi momok yang menakutkan. Banyak statement tentang pelajaran ini, “menakutkan”, “membosankan”, “memusingkan” dan sebagainya. Pelajaran tersebut adalah matematika. Salah satu problematika dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya atau kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika. Minat belajar matematika dapat diartikan sebagai keterlibatan diri secara penuh dalam melakukan aktivitas belajar matematika baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Siswa yang mempunyai minat belajar matematika berarti mempunyai usaha dan kemauan untuk mempelajari matematika. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, seperti : (a)faktor budaya (b)sistem pendidikan (c)sistem penilaian (d) orang tua/keluarga (e)bidang studi (f) guru. 

Menurut Suwarsono (dalam Supatmono (2009: 3), dari berbagai penelitian, faktor guru inilah yang sering dianggap menjadi penyebab yang paling penting mengapa ada banyak siswa merasa takut atau memiliki minat rendah terhadap matematika. Untuk mengatasi permasalahan ini, pembelajaran matematika kelas 2 di MI Walisongo Kwayangan menggunakan metode yang menyenangkan, yaitu Snowball Throwing. 

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Secara istilah Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaannya) lalu dilempar kesiswa lainnya yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Arahman, 2010: 3).

Pengaplikasian metode snowball throwing sesuai pengertian diatas, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok heterogen, dalam praktiknya bisa 3-4 siswa. Kemudian siswa duduk sesuai kelompok masing-masing. Setelah itu ditunjuk ketua kelompok yang mana ia menguasai materi dari guru dan dapat  menjelaskan kembali pada anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok membuat pertanyaan (bisa 3 pertanyaan) yang ditulis dikertas yang kemudian diremas membentuk sebuah bola. Bola pertanyaan kemudian dilemparkan ke kelompok lain. Setelah itu, tiap kelompok berunding tentang jawaban dari bola berisi pertanyaan yang didapat. Satu persatu kelompok dipersilakan mempresentasikan jawaban di depan kelas. Hal ini tentu saja berdasarkan arahan dan pengawasan dari guru. Metode ini diterapkan di kelas 2 MI Walisongo Kwayangan karena terbukti terdapat peningkatan dalam pembelajaran matematika. 

Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menurut Mariyaningsih dan Hidayati (2018:121) yaitu, 

1) Kelebihan Snowball Throwing sebagai berikut :a.Meningkatkan kemampuan siswa dalam merumuskan dan menjawab pertanyaan, b.Melatih kesiapan siswa dalam memahami materi, c.Biasanya penjelasan dari teman sebaya lebih mudah dipahami oleh siswa karena menggunakan level bahasa yang setara, d.Melatih keberanian dalam mengungkapkan pendapat, e.Meningkatkan kerja sama antar siswa dan melatih tanggung jawab 

2)Kelemahan Snowball Throwing sebagai berikut : a.Tidak semua pelajaran cocok menggunakan metode ini, b.Pengetahuan/materi yang didapat kadang kurang luas, c.Kelas bisa menjadi gaduh saat proses pelemparan bola salju, d.Diperlukan kemampuan guru dalam mengontrol kelas, e.Keberhasilan mengembangkan kerja sama dalam kelompok memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan tahapan berikutnya, tidak hanya satu kali pertemuan dengan metode snowball throwing saja.

Setiap metode pembelajaran pastilah terdapat kelebihan dan kelemahan masing-masing. Metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan mata pelajaran juga materi yang dibahas. Semua adalah upaya dari guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah diharapkan dan ditargetkan. 

 

*) Penulis adalah guru MI Walisongo Kwayangan Kedungwuni, Jl. Masjid Jami’ Mujahidin Desa Kwayangan, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan