Mengenal Lebih Dekat Budaya Syawalan di Pekalongan, Menelusuri Tradisi, Makna, Pelaksanaan dan Perkembangannya

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Pekalongan, sebuah kota yang memancarkan pesona budaya dan religiusitas di pesisir utara Pulau Jawa, merayakan momen penting dalam tradisi keislaman yang dikenal sebagai Budaya Syawalan di Pekalongan dengan kekayaan budaya dan makna yang mendalam.

Tradisi Syawalan dimiliki oleh penduduk Pekalongan, terutama mereka yang tinggal di daerah Krapyak di sebelah utara kota Pekalongan. 

Tradisi Syawalan biasanya dilakukan pada  hari ketujuh (8 Syawal) setelah Idul Fitri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang budaya Syawalan di Pekalongan, dari akar tradisinya hingga perkembangannya yang terkini.

Asal Usul dan Tradisi

Syawalan, yang biasanya dirayakan pada bulan Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadhan, menjadi momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Pekalongan.

Namun, apa yang membuat budaya Syawalan di pekalongan begitu istimewa?

BACA JUGA:Menikmati 5 Keberagaman Tradisi Syawalan di Pekalongan, Suatu Petualangan Budaya

Pada tanggal 8 Syawal setelah enam hari berpuasa, masyarakat Krapyak berhari raya kembali. Mereka mengadakan acara "open house" untuk menerima tamu dari luar desa dan luar kota.

Masyarakat di luar Krapyak mengetahui hal ini, jadi mereka tidak mengadakan kunjungan silaturahmi pada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 Syawal.

Jadi, mereka malah berkumpul pada tanggal 8 Syawal. Bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu sampai tradisi Syawalan menjadi seperti sekarang ini.

Pada tahun 1855 M, masyarakat Krapyak memulai tradisi Syawalan yang rutin di Kota Pekalongan. Masyarakat ini biasanya memberikan makanan ringan dan minuman gratis kepada para pengunjung.

Untuk memeriahkan tradisi ini, masyarakat biasanya mengadakan hiburan, pentas seni, dan lomba-lomba.

BACA JUGA:Ketersediaan Bahan Pokok Aman Hingga Idulfitri

Makna dan Filosofi