Mengenal 6 Warisan Budaya Pekalongan yang Menakjubkan

Ilustrasi Simtudh-Dhuror/[email protected]

Silaturahim ke rumah-rumah, membagikan tawa dan cerita, sembari menikmati lezatnya jajanan khas yang tersaji.

Tradisi ini, yang tumbuh dari esensi silaturrahmi dan semangat kemanusiaan, telah menjelma menjadi momen yang sangat dinantikan oleh setiap warga Pekalongan, menjadi tanda kebersamaan yang abadi di kota ini.

3. Simtudh-Dhuror atau Terbangan

Dalam kegiatan simtudh-dhuror, kita disuguhkan oleh serangkaian kegiatan yang menggugah hati.

Mulai dari melantunkan sholawatan, memuji kebesaran Sang Pencipta, hingga membaca kitab-kitab suci yang bernafaskan islami.

Semua itu dilakukan diiringi oleh harmoni musik Terbangan atau Rebbana yang membangkitkan kesucian dalam jiwa.

Namun, yang membuatnya semakin istimewa adalah karena hadirnya para Ulama’, Kiai, dan Habaib.

Melalui acara ini, tradisi simtudh-dhuror tidak hanya menjadi momen beribadah, tetapi juga sarana memperkokoh tali silaturahmi dan kebersamaan antar masyarakat.

Tak terkecuali, momen puncaknya sering kali dirayakan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, memberikan sentuhan religius yang lebih mendalam dan meriah.

BACA JUGA:5 Ramuan Pencegah Asam Urat dari Bahan Alami

BACA JUGA:Cuma Bisnis Kaos Lewat Live TikTok Pengusaha ini Dapat Income Ratusan Juta

4. Khoul Akbar Pekalongan atau Nisfu Sya’banan

Acara Khoul adalah perayaan Islami yang diadakan setiap tahun pada tanggal 14 Sya’ban untuk mengenang jasa Ulama’ penyebar agama Islam di Pekalongan, yaitu almarhum Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al-Athos.

Beliau adalah ulama kelahiran Hadramaut Timur Tengah yang menyebarkan Islam di Pekalongan dan dimakamkan di Sapuro, tempat yang juga menjadi pusat ziarah.

Acara ini memperkuat hubungan batin dengan Sang Pencipta dan memperkaya spiritualitas masyarakat Pekalongan.

Tag
Share