Farid Gaban: Kita Tawarkan Solusi Lewat Buku

BERSAMA - Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat bersama Bupati Trenggalek Mas Ipin dan ex KKP Susi Pudjiastuti saat membuka acara unboxing oleh-oleh di Pasar Induk, Sabtu (13/1).-Dok. Istimewa-

WONOSOBO - Kegiatan unboxing atau membuka oleh-oleh dari perjalanan keliling Indonesia selama 424 hari digelar di Pasar Induk Wonosobo bersama ex Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti. Farid Gaban menyebut, ada tawaran solusi yang ditulis dalam bukunya untuk menjawab berbagai persoalan pelik di tanah air, Sabtu (14/1) lusa kemarin.

Diketahui, Farid Gaban bersama dengan jurnalis terkemuka Dandy Laksono telah melakukan liputan di sejumlah wilayah di Indonesia selama setahun, sejak pertengahan tahun 2022 lalu. Tak hanya berdua, mereka juga ditemani dua jurnalis muda, Yusuf Priambodo dan Benaya Harobu.

Dari perjalanan tersebut, Farid Gaban dan kawan-kawan (dkk) mengeksplorasi hasil temuan di lapangan dan disajikan menjadi beberapa produk film dokumenter. Mengangkat isu-isu lingkungan, sosial, dan tentang pariwisata yang permasalahannya masih kian rumit.

"Kami meliput banyak hal, tentang pertanian, kelautan, tambang, pariwisata, keragaman hayati. Apa yang kami lihat, kami dengar, dan kami rekam dari lapangan, itu yang sebenarnya kita eksplor. Kita sajikan ke dalam produk-produk film dokumenter," kata Farid Gaban saat diwawancara, Sabtu (13/1).

Unboxing oleh-oleh tersebut sudah digelar di banyak tempat di Indonesia. Farid menilai, kegiatan yang diselenggarakan di Pasar Induk Wonosobo lusa kemarin merupakan acara unboxing ke-10.

"Saya kira ini acara ke-10 dan ini mungkin acara terbesar karena kita datangkan narasumber ex KKP Ibu Susi Pudjiastuti bersama Bupati Trenggalek Mas Ipin, untuk ikut membedah serta mereview film kami," terangnya.

Farid menceritakan, salah satu alasan melakukan perjalanan selama setahun lebih yaitu untuk mengenal Indonesia lebih dekat. Meski ia merupakan jurnalis senior yang cukup banyak melakukan liputan di negara-negara Eropa, namun Farid mengaku masih asing terhadap negeri sendiri.

"Saya sebagai jurnalis pernah keliling Amerika, Eropa Dan lain-lain. Tapi merasa belum mengenal Indonesia itu salah satu sebabnya perjalanan ini dimulai," jelasnya.

Dia merasa mendapatkan banyak pengetahuan tambahan selama perjalanannya. Farid dkk menangkap kondisi kerusakan alam di berbagai tempat karena aksi eksploitasi lahan. Dirinya menilai, keadaan tersebut seiring semakin mengerikan ketimbang situasi di beberapa tahun silam.

Yang paling capek itu soal hati karena kita sering menemui masalah, kalau motorannya tidak capek. Kita lihat yang intinya masih banyak masalah, bahkan cenderung semakin parah kerusakannya dari tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Bagi Farid, berbagai permasalahan di lingkungan masyarakat di Indonesia, mulai dari kerusakan alam dan konflik sosial yang semakin parah perlu segera dicarikan titik terangnya. Melihat bahwa tagline "Indonesia Emas 2045" terus digaungkan oleh pemerintah, namun tak beriringan dengan situasi serta keadaan miris di tanah air.

"Ini harus ada perubahan, perubahan dalam kebijakan, termasuk kebijakan politik," ujar Farid.

Tak hanya menyajikan karya berbentuk film-film dokumenter, Farid dkk yang tergabung ke dalam Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru juga ikut urun pikiran sebagai alternatif untuk membenahi negeri.

Buah pikiran mereka berempat dituangkan ke dalam sebuah buku setebal 400 halaman, yang berisikan tentang tawaran-tawaran solusi untuk Indonesia, tentunya merujuk kepada hasil temuannya selama berkelana setahun lebih.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan