Dua Alumni MAN IC Pekalongan Harumkan Nama Daerah dengan Inovasi Deteksi Dini Kanker Kandung Kemih

FOTO - Dua alumni MAN IC Pekalongan berfoto bersama tim usai presentasi diajang PKM --

RADARPEKALONGAN.BACAKORAN.CO - Dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang merupakan alumni MAN Insan Cendekia Pekalongan, yaitu Verousson Ahmad dan Ajeng Lintang Kinasih Suroso, akan berlaga bersama timnya di ajeng Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tim yang dinamai dengan DOTS BCa Team membawakan suatu inovasi teknologi di bidang kesehatan berupa alat deteksi dini kanker kandung kemih.

Kanker, seperti yang kita ketahui, merupakan penyakit akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal. Salah satu kanker yang banyak diderita dan menempati urutan ke-10 di dunia dengan lebih dari 573.000 kasus pada tahun 2020 ialah kanker kandung kemih atau bladder cancer (BCa). Di Indonesia, jumlah penderita kanker ini pada tahun 2015-2020 berada di angka 20.053 orang.

BACA JUGA:Masih Buka Kesempatan Daftar Hingga Akhir Juli

BACA JUGA:Jaga Kualitas dan Pelayanan, PPDB SMK Muhamka Batasi Kuota Peserta Didik Baru

Kolaborasi berbagai program studi tersebut menghasilkan inovasi alat yang dapat mendeteksi dini bladder cancer berbasis quantum dots dengan fluorescence resonance energy transfer yang terintegrasi application programming interface dengan klasifikasi fuzzy logic.

Disampaikan Ketua Tim Saiya, bahwa pada prinsipnya, alat ini akan bekerja dengan mendeteksi intensitas dan panjang gelombang yang dipancarkan oleh materiel quantum dots, dimana materiel tersebut telah berikatan dengan antibodi dan antigen yang berasal dari sampel urine penderita. Hasil dari pembacaan alat kemudian dapat dilihat pada website yang telah dibuat dan diintegrasikan. Alat ini kemudian diberi nama “DOTS BCa” atau Detection on The Spot Bladder Cancer.

“Metode skrining yang ada saat ini ialah menggunakan ELISA atau enzyme-linked immunosorbent assay. Metode ini terbilang relatif mahal dan dan sensitivitasnya masih kurang dari 80%”, ujar Verous.

Setelah melalui beberapa tahapan studi literatur dan pengumpulan data sekunder, tim yang berada di bawah bimbingan Ibu Ir. Nurussa’adah, MT serta Dr. dr. Taufiq Nur Budaya, Sp.U(K) ini akhirnya dapat membuat suatu alat yang fungsional dan dapat bekerja dengan baik. Ukuran dari alat DOTS BCa ini kecil, terbilang portable. Meski begitu, komponen dan fitur yang tertanam di dalamnya sudah lengkap.

“Prosedur penggunaan alat ini cukup mudah dengan memasukkan kuvet yang berisi kompleks dari urine pasien dan antibodi yang telah dikonjugasi serta diinkubasi dengan nanomateriel quantum dots ke dalam alat. Setelah itu, alat akan menembakkan cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 365 nm dan sensor akan menangkap perubahan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh quantum dots tersebut. Di sini, fuzzy logic akan berperan untuk menentukan positif atau negatifnya”, ujar 

Saat ini tim DOTS BCa sedang melakukan uji coba terhadap sampel urine dan terus melakukan improvisasi agar alat ini memiliki akurasi yang tinggi. Tak hanya itu, inovasi ini sudah mendapat Hak Kekayaan Intelektual dan sedang diajukan untuk paten sederhana. 

Dengan lahirnya inovasi ini diharapkan dapat membantu menekan prevalensi penderita kanker kandung kemih melalui upaya deteksi sedini mungkin dan sebagai bentuk kontribusi nyata dari Universitas Brawijaya untuk mengikuti perkembangan di dunia teknologi kesehatan.(Mal)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan