Cerita Rakyat Pekalongan: Sejarah Penamaan Kelurahan Bligo dan Perempatan Ngebrak Buaran

ADA kisah unik tentang sejarah nama Bligo, sebuah kelurahan di Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan. Kisah sejarah penamaan kelurahan Bligo ini diangkat dari cerita rakyat sekitar.

Kecamatan Buaran masuk dalam daerah Kabupaten Pekalongan yang bersebelahan langsung dengan Kota Pekalongan. Salah satu kelurahan yang cukup ramai di Kecamatan Buaran adalah di Kelurahan Bligo.

Di sini terdapat pasar rakyat dan juga banyak UMKM yang berjualan di sepanjang jalan Kelurahan Bligo. Sehingga membuat daerah ini nampak selalu ramai dengan rutinitas perdagangan dan lainnya.

Seperti yang terjadi pada desa-desa di tanah Jawa lainnya, nama Bligo juga memiliki asal-usulnya tersendiri. Kisah tentang sejarah penamaan Kelurahan Bligo ini dikutip dari buku "Mendongeng Pekalongan" yang disusun oleh Taufik Hidayat dan Akar Atya.

*Sejarah Penamaan Ngebrak

Cerita rakyat terkait sejarah penamaan Kelurahan Bligo sejalan dengan sejarah penamaan perempatan Ngebrak. Jadi di Kelurahan Bligo ada sebuah perempatan jalan yang sampai sekarang terlihat sangat ramai aktivitas masyarakat.

Kisah penamaan Ngebrak dimulai pada tahun 1905 M, saat itu ada seorang tokoh sakti dari Mataram yang datang ke Pekalongan. Tokoh tersebut bernama Putro Druwolo, ia memutuskan untuk menetap di Pekalongan, di sekitaran daerah Bligo.

Masa itu di daerah ini sudah dihuni beberapa penduduk, serta dihuni oleh seorang jagoan sakti bernama Gento Coproyo. Gento Coproyo tinggal di wilayah Coprayan, tidak jauh dari tempat tinggal Putro Druwolo.

Mendengar ada pendatang yang katanya memiliki kesaktian tinggi,  Gento Coproyo merasa tersaingi lalu berniat untuk menantang Putro Druwolo. Singkat cerita pertempuran antar kedua jagoan sakti ini pun tak dapat dihindari. Keduanya sama-sama memiliki kesaktian yang tinggi, sehingga pertarungan tersebut terjadi cukup ketat.

Setelah melewati adu kesaktian yang cukup lama, Gento Coproyo kehabisan tenaga dan akhirnya ngeprok atau ngebrak di perempatan jalan. Dalam bahasa Jawa 'Ngebrak' memiliki arti jatuh tak berdaya. Akhirnya perempatan tersebut pun diberi nama perempatan Ngebrak untuk mengabadikan peristiwa sengit itu.

*Sejarah Penamaan Kelurahan Bligo

Kesaktian Putro Druwolo dan berita kekalahan Gento Coproyo tersebar luas di daerah-daerah lain. Jagoan sakti dari Mataram itu mengundang perhatian jagoan-jagoan lain, mereka penasaran dengan ilmu Putro Druwolo.

Untuk mengetes ilmunya, banyak diantara mereka menantang bertarung Putro Druwolo. Ada yang murni ingin mengetes ilmu, ada pula yang memiliki niat jahat ingin menaklukkan Putro Druwolo.

Namun jagoan-jagoan itu semuanya dapat dikalahkan Putro Druwolo, dan setiap berhasil memenangkan pertarungan ia selalu berkata "Baliho koe nang asalmu dewe-dewe", yang artinya "Kembalilah kamu ke asalmu masing-masing".

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan