Kota Pekalongan Laksanakan Gerakan Intervensi Stunting Serentak

KOMITMEN - Wali Kota Pekalongan A Afzan Arslan Djunaid saat menandatangani komitmen bersama dalam Rembug Stunting Kota Pekalongan.-ISTIMEWA -

KOTA - Pemerintah Kota Pekalongan turut menyukseskan Gerakan Pengukuran dan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting selama bulan Juni Tahun 2024. Dari kegiatan Pengukuran dan Intervensi Serentak ini nantinya akan didapatkan data akurat by name by address yang nantinya sebagai dasar pemberian intervensi program yang semakin terarah dan tepat sasaran. Pengukuran dan Intervensi serentak sebagai gerakan bersama yang melibatkan semua kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, hingga pemerintah desa  untuk mencegah lahirnya anak stunting baru.

Hal ini terungkap dalam Kegiatan Rembug Stunting Kota Pekalongan Tahun 2024, berlangsung di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Rabu (26/6/2024). Dalam acara tersebut, turut dilakukan pembubuhan tanda tangan komitmen bersama untuk Intervensi Pencegahan Stunting.

Wali Kota Pekalongan yang akrab disapa Mas Aaf mengungkapkan bahwa, berdasarkan hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, prevelensi stunting di Kota Pekalongan saat ini 28,2 persen atau naik 5,1 persen dibandingkan Tahun 2022 lalu sebesar 23,1 persen. Kendati demikian, pihaknya masih mempertanyakan apakah sampling dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sudah terwakili semua atau memang fakta di lapangan kasus stunting di Kota Pekalongan sebesar angka tersebut.

"Insyaallah dengan segala upaya kita bersama, termasuk adanya Rembug Stunting kali ini bisa turut memecahkan permasalahan peningkatan angka stunting di Kota Pekalongan,"ucapnya.

Dengan adanya dukungan dan partisipasi dari para CSR baik perbankan, rumah sakit, organisasi wanita, dan organisasi masyarakat, TP-PKK, FKUB, maupun stakeholder lainnya, Mas Aaf mengaku optimis, kasus stunting di Kota Pekalongan bisa semakin turun.

Menurutnya, berbagai upaya intervensi penurunan angka stunting di Kota Pekalongan telah dilakukan seperti melalui Program ASN Peduli, One Day One Egg, Bapak/Bunda Anak Asuh Stunting (BAAS), pemeriksaan rutin bagi ibu hamil di puskesmas secara gratis dan inovasi-inovasi yang digagas oleh masing-masing kecamatan, pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri, berkolaborasi dengan TNI dan POLRI, dan sebagainya.

"Kami berharap, semua upaya ini bisa terus dimaksimalkan, sehingga angka stunting di Kota Pekalongan dari tahun ke tahun bisa turun,"ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosyidi menjelaskan, sesuai instruksi dari Pemerintah Pusat, Kota Pekalongan ikut melaksanakan Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting selama Bulan Juni Tahun 2024. Gerakan intervensi tersebut berupa pengukuran dan penimbangan balita. 

Adapun sasaran Pengukuran dan Intervensi serentak ini adalah semua calon pengantin, ibu hamil, dan balita yang diharapkan datang ke Posyandu untuk dilakukan pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi, validasi, dan intervensi. Dengan upaya ini bisa mencegah stunting baru lebih maksimal dan mendapatkan data yang lebih baik.

"Data SKI di berbagai daerah diambil dengan melakukan sampling. Sementara, kali ini dilakukan dengan metode sensus,"ungkapnya.

Yos menyebutkan, untuk sasaran totalnya ada 19.616, dari total tersebut yang sudah dilakukan pengukuran sebanyak 17.786 sasaran atau 90,6 persen dari target 100 persen. Dari jumlah tersebut, hasilnya ada 1.305 balita yang mengalami stunting atau 7,33 persen, balita yang mengalami wasting atau penurunan berat badan ada 1.521 balita atau 8,56 persen dan balita yang mengalami underweight atau berat badan kurang sebanyak 2.649 atau 14,89 persen.

Sedangkan, berdasarkan data SKI, Kota Pekalongan angka stuntingnya berada di 28,2 persen. Hal ini yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan dalam aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM)  yang setiap hari dipantau dan ditindaklanjuti pelaporannya ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

"Dari Hasil Gerakan Intervensi Serentak ini mudah-mudahan yang akan digunakan secara nasional. Metodenya untuk calon pengantin akan di cek apakah mereka mengalami anemia yang beresiko melahirkan anak stunting atau tidak, lingkar lengan atasnya (LILA) apakah mencapai 23,5 cm atau tidak. Jika LILA nya kurang dari 23,5 cm, maka bisa beresiko melahirkan anak stunting. Selanjutnya, ibu hamil akan dilakukan pemeriksaan kondisi janinnya apakah tercukupi asupan gizinya atau tidak. Sedangkan, untuk balita dilakukan pengukuran dan penimbangan di Posyandu,"pungkasnya.(nul)

Tag
Share