Ramadan dan Idulfitri 1445 H Telah Berlalu, Saatnya Rekonsiliasi Sosial di Bulan Syawal

Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Batang, Dr. Agung Wisnu Barata, MM-DOK ISTIMEWA-

BATANG - Syahdunya Ramadan dan kemeriahan berlebaran Idulfitri 1445 H/2024 baru saja dijalani umat muslim di seluruh tanah air. Maka bulan Syawal yang lekat dengan tradisi keagamaan silaturahmi saat ini dinilai layak menjadi momentum rekonsiliasi sosial anak bangsa.

Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Batang, Dr. Agung Wisnu Barata, MM. mengatakan, suasana beridul fitri di Indonesia telah menjadi tradisi yang khas dan otentik di kalangan dunia Islam. Karena selain kemeriahan berlebaran, tradisi silaturahmi antar sanak saudara hingga handai taulan juga berlangsung masif di semua lapisan masyarakat.

"Bahkan sepekan setelah idulfitri, masyarakat kita masih merayakan tradisi syawalan, yang biasanya menandakan aktivitas sosial ekonomi kembali bisa dimulai selepasnya. Tetapi juga ada tradisi halalbihalal yang tetap terjaga sepanjang bulan Syawal," ungkap Agung, Rabu 17 April 2024.

Sementara dalam khazanah ulama nusantara sendiri, halalbihalal disebut Agung memiliki spirit yang positif bagi tata kehidupan sosial bermasyarakat. Istilah keagamaan yang khas Indonesia ini merujuk pada semangat untuk saling menghalalkan atau mengikhlaskan khilaf dan alpa antar sesama.

"Tradisi ini konon bertolak dari keyakinan bahwa, selain mensucikan hubungan vertikal kita dengan Allah melalui puasa ramadan, kita juga harus menetralisir kembali hubungan hablumminannas kita yang tentu saja tak selamanya mulus, ada selisih pandang, kesalahpahaman, perselisihan, dan lainnya. Termasuk mungkin ekses dari tahun politik kemarin yang masih membekas," jelasnya.

Karena itu, bulan Syawal yang ramai dengan tradisi halalbihalal ini menurut Agung bisa didayagunakan sebagai momentum untuk merekonsiliasi hubungan sosial antar sesama. Entah itu di lingkup keluarga, antar tetangga se RT/RW, di tempat kerja, sampai kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Jadi bulan Syawal ini pas untuk proses rekonsiliasi sosial secara alami. Karena di bulan inilah, meminta dan memberi maaf terasa lebih ringan, tanpa beban malu dan gengsi. Di kesempatan lain belum tentu kita memiliki keberanian meminta maaf, atau kelapangan hati untuk memaafkan," ujar Agung mengakhiri. (sef) 

Tag
Share